Warung2 Plesetan dari Merk Terkenal

Asli keren Gan!
salah satu strategi promosi yang canggih

Cekidot dah ....




















sumber : http://lebe-lebe.blogspot.com/2010/11/nama-nama-warungcafe-plesetan-dari.html


Menuju TKP ...

Strategi & Teknik Periklanan


Kelar juga ketikan, posting ah ...
sapa tau bermanfaat

Silahkan dibaca Gan ^^





STRATEGI DAN TEKNIK PERIKLANAN


Advertising pada hakikatnya adalah salah satu jenis komunikasi yang bertujuan mempengaruhi orang lain. Mempengaruhi dalam arti mengubah sikap, sifat, pendapat, dan perilaku orang-orang ataupun seseorang (komunikan) sesuai dengan kehendak pemrakarsa komunikasi itu (komunikator). Demikian pula halnya dengan periklanan, sudah tentu tujuan utama programnya adalah mempengaruhi khalayak agar mereka mau membeli barang atau jasa yang ditawarkan, sehingga dapat meningkatkan penjualan kea rah meningkatnya keuntungan yang diperoleh.

Dalam kegiatan komunikasi dikenal ada empat teknik komunikasi, yaitu teknik informatif, instruktif, persuasive, dan human relations. Untuk memenangkan pengaruh di kalangan khalayak, teknik informative saja jelas kurang bisa diandalkan, sebab walaupun khalayak sudah menerima informasi tentang barang atau jasa yang ditawarkan, belum tentu hatinya atau pikirannya terdorong untuk membeli atau memilikinya. Teknik instruktif mungkin bisa menggerakkan khalayak untuk membeli, namun khalyak membelinya secara terpaksa. Apalagi instruksi biasanya dilengkapi dengan ancaman. Maka kesadaran untuk membeli atau memilikinya pun hanya seketika saja. Yang paling efektif untuk menciptakan kesadaran khalayak akan menerima, bahkan mungkin memelihara, barang atau jasa yang ditawarkan adalah teknik persuasive.

Persuasi adalah kegiatan psikologis dalam usaha mempengaruhi sikap, sifat, pendapat, dan perilaku seseorang atau orang banyak. Mempengaruhi sikap, sifat, pendapat, dan perilaku dapat dilakukan dengan beberapa cara. Teror, boikot, pemerasan, penyuapan, dan sebagainya dapat juga memaksa orang lain bersikap atau berperilaku seperti yang diharapkan. Namun persuasi tidak melakukan cara demikian untuk mencapai tujuan yang diharapkannya, melainkan menggunakan cara komunikasi (pernyataan antar manusia) yang berdasar pads argumentasi dan alasan-alasan psikologis.

Pada hakikatnya semua orang selalu bergumul dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya dalam hal kesehatan, keamanan, pengaruh, kekuasaan, dan kepuasan hidupnya secara biologis, lahiriyah maupun batiniah (Allen, 1941: 386). Hal tersebut merupakan dasar bagi seseorang untuk berpikir, berbuat, dan bertingkah-laku di samping faktor keinginan (wants and desire) serta dorongan jiwa (drive). Ketiga faktor tersebut merupakan motor bagi hidupnya manusia dalam berperilaku, sedangkan dalam mengarahkan perilakunya sesuai dengan tujuan hidupnya manusia itu, ketiga faktor tesebut dikendalikan manusia melalui motivasinya. Karenanya dalam usaha persuasi dimaksud tadi keempat faktor itu (kebutuhan, keinginan, doronganjiwa, dan motivasi) hendaknya selalu dipertimbang¬kan dan diperhitungkan. Apabila tidak demikian, teknik persuasi akan menghadapi hambatan-hambatan, antara lain berupa noise factor, semantic factor, interest (kepentingan), motif, dan prejudice (prasangka).

Noice factor adalah hambatan berupa suara-suara yang meng¬ganggu sehingga proses komunikasi tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. Hambatan demikian bisa terjadi terhadap siaran radio atau televisi, seperti terjadinya gangguan cuaca ataupunfading (hilangnya suara atau gambar).

Semantic factor adalah hambatan berupa pemakaian kata atau istilah yang dapat menimbulkan salah paham atau salah pengertian. Hambatan demikian tidakjarang bisa menimbulkan kegagalan besar dalam melakukan upaya persuasi ataupun komunikasi. Dalam hal penggunaan kata maupun istilah hendaknya diperhatikan makna konotatif (pengertian sesuai dengan maksud yang tersirat) dan denotatif (pengertian sesuai dengan arti kata yang tersurat/dalam kamus) dari kata atau istilah dimaksud.

Interest (kepentingan) akan membuat seseorang atau orang banyak selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang-orang hanya akan memperhatikan rangsangan (stimuli) yang ada hubungannya dengan kepentingannya sendiri. Kepentingan dimaksud biasanya didasari oleh apa yang disebut predisposisi orang yang bersangkutan. Predisposisi tersebut bisa berupa selera terhadap sesuatu hal, bisa berupa pendapat mengenai aliran politik tertentu, bisa berupa nilai-nilai tentang bentuk-bentuk keindahan, kesenian, kebudayaan tertentu, bisa berupa sikap terhadap kejadian atau situasi¬situasi tertentu, dan banyak hal-hal lain lagi. Pendek kata, predisposisi merupakan aliran atau pendirian seseorang atau orang banyak.

Motif akan mendorong seseorang atau orang banyak berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan, dan kekurangan orang berbeda satu sama lainnya dari waktu ke waktu Berta dari tempat ke tempat. Karenanya, motif orang akan berbeda intensitasnya. Demikian pula motif seseorang terhadap pengaruh yang dihadapinya. Semakin sesuai pengaruh itu dengan motif seseorang, makin besar pula kemungkinan diterimanya pengaruh itu oleh orang tersebut.

Prejudice atau biasa juga disebut prasangka merupakan hambatan yang paling berat dalam upaya persuasi. Sebab, orang yang ber¬prasangka (terutama prasangka buruk), belum apa-apa sudah bersikap was-was dan menentang komunikator yang akan melancar¬kan komunikasi atau persuasi. Dalamprejudice, emosi akan memaksa untuk menarik kesimpulan atas dasar syak-wasangka (umumnya jelek) tanpa menggunakan pikiran secara rasional.

Untuk menghindari hambatan-hambatan tersebut tadi, dalam upaya periklanan melalui persuasi hendaknya dipertimbangkan penggunaan teori-teori persuasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar pengembangan teknik-teknik periklanan yang efektif Teori¬teori dimaksud adalah:

1. Metode Partisipasi, yaitu cars persuasi dengan jalan mengikut¬sertakan seseorang atau orang banyak dalam sesuatu kegiatan atau usaha dengan maksud untuk menumbuhkan perhatian. Misalnya dengan cara mengadakan open house.

2. Metode Asosmsi, yaitu penyajian sesuatu hal (a.l. iklan) atau gagasan dengan jalan menempelkan atau menumpangkannya pada sesuatu obyek atau peristiwa yang tengah menarik perhatian khalayak ramai. Metode ini blasajuga disebut build-in technique.

3. Metode Pay Off Idea, yaitu upaya persuasi dengan jalan rewarding (memberi harapan-harapan baik atau iming-iming yang menggiurkan). Misalnya menyarankan menggunakan pasta gigi merk tertentu agar gigi menjadi lebih bersih dan kuat.

4. Metode Fear Arrousing, kebalikan dari metode pay off idea tadi. Metode ini justru menggunakan cara punishment (menakut¬nakuti atau menggambarkan konsekuensi buruk). Misalnya dinyatakan bahwa gigi kita akan keropos apabila tidak digosok dengan pasta gigi merk itu.

5. Metode Cognitive Dissonance, yaitu kegiatan persuasi dengan menggunakan gejala-gejala hidup manusia yang tidak ada persesuaian antara pendapat serta sikap dengan perilakunya. Apabila seseorang mengetahui bahwa setiap hari is harus me-nyikat giginya minimal tiga kali, tapi la tidak melakukannya. Di sini telah terjadi disonansi. Untuk mengurangi disonansinya, orang demikian selalu mencari dalih. Maka untuk tidak terjadi disonansi pada orang-orang demikian, perlu adanya Iklan yang menganjurkan pemakaian pasta gigi merk lain yang tidak perlu menyikat giginya tiga kali sehari.

6. Metode Icing Device, yaitu cara persuasi dengan menggunakan emotional appeal. Kita semua tentu mengetahui bahwa barang yang sama kualitasnya kadang-kadang bisa lebih menarik apabila diberi bungkus yang lebih indah, etiket yang lebih baik, dan disajikan pada pajangan yang lebih menawan.

7. Red Hearing Technique, yaitu cara persuasi dengan jalan mengelakkan argumentasi bagian-bagian yang lemah untuk kemudian dialihkan sedikit demi sedikit kepada bagian-bagian yang kita kuasai atau bagian di mana kita berada dalam posisi yang kuat. Cara ini biasa juga disebut Canalizing ofargumentation.

Namun demikian untuk mempengaruhi sikap, sifat, pendapat, dan perilaku khalayak dalam upaya periklanan melalui persuasi ini, perlu pula dipikirkan hal-hal yang besar sekali peranannya.

1. Sugesti. Penerimaan pesan apapun secara sugestif dapat dicapai apabila keadaan si penerima (khalayak sasaran) dalam keadaan:
a. Daya berpikirnya terlambat (inhibasi),
b. Kepastian batinnya lumpuh sehingga keadaan berpikirnya terpecah-pecah (dissosiasi),
c. Percaya akan mitos,
d. Terpengaruh otoritas dan prestise,
e. Pembawaan,
f. Terpengaruh mayoritas pendapat.

2. Penyampaian pesan (a.l. iklan)
a. Harus diatur begitu rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian,
b. Harus menggunakan lambang-lambang yang sesuai dengan luas lingkup pengalaman dan bingkai referensi khalayak sasaran,
c. Harus menumbuhkan kebutuhan pribadi dan menyampaikan saran-saran cars bagaimana memenuhi kebutuhan itu,
d. Harus memberikan jalan untuk mengatasi kebutuhan tersebut, yang sesuai dengan situasi kelompok di mana khalayak sasaran itu berada.

3. Personal Influence. Orang-orang yang mempunyai pengaruh besar di masyarakat (a.l. para opinion leaders) akan mudah diperhatikan dan dipercaya. Karenanya iklan akan lebih efektif apabila dalam pesannya selalu mengikutsertakan orang-orang demikian.

4. Source Credibility. Dalam menerima sesuatu orang akan berpikir tentang sumbernya. Sekiranya sumber itu bisa dipercaya, maka pesan yang disodorkan kepadanya akan mereka terima dengan baik dan tanpa ragu-ragu.

Adapun langkah-langkah yang bisa diambil dalam melak¬sanakan persuasi yang lebih efektif tiada lain dengan mengarahkan strategi dan tekniknya itu melalui proses yang lazim disebut A to A procedure atau From attention to action, yaitu proses pentahapan persuasi yang diawali dengan usaha menumbuhkan perhatian (attention) untuk kemudian mencapai akhirnya dengan usaha menggerakkan khalayak sasarannya agar berbuat (action) ke arah yang diharapkan (dianjurkan). Sedangkan perincian tahapannya dikenal dengan sebutan proses AIDDA, yaitu akronimdarI Attention – Interest – Desire – Decission – Action. Apabila usaha menumbuhkan perhatian (attention) telah berhasil, maka upaya berikutnya adalah mem¬bangkitkan rasa tertarik (interest) di kalangan khalayak sasaran, sehingga timbul rasa ingin (desire) mengetahui atau memiliki apa yang disodorkan (ditawarkan) kepada mereka itu. Rasa ingin tersebut kemudian dimatangkan dengan membangkitkan tindakannya ke arah mengambil keputusan (decission) hingga akhirnya benar-benar mereka melakukan kegiatan (action) yang diharapkan para pemasang iklan (Schramm, 1965: 17).

Dengan demikian, dalam kegiatan Persuasif perhatian (attention) merupakan faktor yang mutlak harus ada dan sangat vital adanya. Sebab, bagaimanapun baiknya naskah iklan itu disusun serta lengkap argumentasinya, apabila tidak membangkitkan perhatian khalayak sasarannya, maka kegiatan persuasi itu pun akan sia-sia saja. Akibat¬nya jelas, proses periklanan itu pun akan mengalami kegagalan. J.R. Kantor, melalui artikelnya, "Principles of Psychology" yang dimuat dalam Social Science in Public Relations susunan Rex F. Harlow (1957: 133), menyatakan bahwa usaha-usaha menumbuhkan perhatian dapat dilakukan dengan dua cara: Pertama, memanfaatkan pengaruh stimulus (perangsang) dengan menggunakan:

a. Obyek yang berubah-ubah dan bergerak
Dalam menghayati perangsang dalam lingkungannya, orang biasanya bertindak selektif la hanya memperhatikan perang¬sang-perangsang yang diminatinya serta yang mampu meng¬gugah minatnya. Dalam hubungan ini, orang akan tertarik perhatiannya oleh obyek yang bergerak dan berubah-ubah. Lampu berwarna-warni yang menyala secara berubah-ubah di suatu pusat perbelanjaan akan lebih menarik orang banyak ketimbang lampu biasa yang diam meskipun sangat terang nyalanya.

b. Intensitas obyek
Obyek perangsang yang memiliki intensitas dalam warna, suara, dan wangi-wangian, akan lebih menarik. Warna yang kontras seperti warna kuning dengan kombinasi biru atau hitam banyak dipakai dalam papan reklame, sebab kombinasi warna demikian lebih memikat ketimbang kombinasi-kombinasi lainnya. Namun warna-warna dengan kombinasi yang lembut dan harmonis pun dapat menggerakkan emosi atau menyejukkan pikiran. Demikian pula dalam situasi kompetitif seperti di pasar malam misalnya, setiap stand memutar lagu-lagu atau berteriak-teriak dengan masing-masing menggunakan pengeras suara, maka yang paling keras suaranya tampak paling banyak pengunjungnya. Di negara-negara besar dewasa ini, orang sudah mulai menggunakan wangi-wangian dalam bidang reklame. Wangi-wangian membawa kenang-kenangan. Karena itu barang-barang yang dikenai wangi-wangian akan membawa kenang-kenangan yang mendalam.

c. Pengulangan
Penyajian secara berulang-ulang atau diulangi berkali-kali mempunyai kekuatan serta kelemahan-kelemahannya. Pe¬nyajian secara berulang-ulang dapat mewujudkan proses con¬ditioning pada komunikan, yaitu merasa "biasa" terhadap sesuatu hal untuk kemudian diharapkan adanya rasa "ketagihan" dari pihak-pihak yang terkait. Namun demikian, penyajian yang ber¬ulang-ulang hendaknya dijaga jangan sampai mencapai the point of diminishing return di mana pengulangan kehilangan kekuatan¬nya karena orang yang memperhatikannya merasa musk dan jemu terhadap penyajian yang dianggap itu-itu saja.

d. Bentuk dan ukuran obyek
Penyajian sesuatu dalam bentuk yang besar selalu menarik perhatian. Poster yang lebar, gapura yang besar dan tinggi, billboard yang besar dan berwarna sudah tentu pada tingkat pertama akan lebih menarik ketimbang yang berukuran kecil. Namun bentuk yang kecil pun dapat menimbulkan rasa takjub dalam hal-hal tertentu. Misalnya dalam hal obat-obatan sudah tentu bentukyang semakin kecil akan semakin lebih disenangi, sebab utamanya adalah kemanjuran serta mudah dipakai. Sebaliknya untuk memperkenalkan lebih jelas bagian-bagian dari suatu benda yang kecil akan menarik perhatian apabila model benda itu disajikan dalam bentuk yang lebih besar. Begitu pula benda-benda yang sangat besar untuk lebih dikenai modelnya maka selalu disajikan dalam bentuk yang lebih kecil, seperti untuk mengenal model mobil keluaran tahun tertentu kita Bering melihat mobil-mobilan dalam bentuk (mobil keluaran tahun dimaksud) sebesar korek api.

e. Hal yang baru dan aneh
Ceritera baru, mode baru, produksi baru, penyajian yang lain dari biasanya, penampilan hal-hal yang aneh, yang lucu, yang tidak terduga, yang surprising, yang lain dari yang lain, akan selalu menggugah minat dan perhatian orang banyak. Mobil produksi atau model terbaru akan sangat menarik perhatian para peng¬gemar kendaraan. Demikian pula model pakaian terbaru akan menggugah minat mereka yang terkait dalam pementasan suatu pagelaran ataupun mereka yang berduit dan senang bepergian. Iklan yang mengkampanyekan "untungnya ber¬belanja", misalnya dengan slogan "membeli sebuah mobil merk tertentu memperoleh hadiah sebuah mobil (pula) merk lain", "membeli kain pakaian 5 meter gratis 5 meter", "bell Honda dapat HP gratis", dan sebagainya, merupakan strategi reklame yang aneh dan lain dari yang lain, sudah tentu menggairahkan banyak orang untuk mencoba membelinya.

f. Hubungan sekonyong-konyong dengan obyek
Cara ini lazim disebut shock technique. Iklan dari sebuah perusahaan asuransi sering menggambarkan seorang ayah yang dengan histeris berusaha menyelamatkan anaknya yang berada dalam keadaan hampir tertabrak sebuah kendaraan berat yang sedang lari kencang. Iklan dimaksud mencoba menumbuhkan rasa ngeri di kalangan para orangtua sehingga dapat mendorong untuk mengambil polis asuransi kecelakaan. Siaran radio kadang-kadang sering menggunakan cara ini sebelum suatu acara dimulai. Baik itu acara rutinnya maupun acara penyiaran sebuah iklan. Demikian pula penampilan sebuah barang di etalase sebuah toko dengan mengejutkan pengunjungnya, merupakan kiat iklan untuk menumbuhkan perhatian para pengunjung tersebut.

g. Obyek yang menarik, penting, dan berkesan
Keindahan, kecantikan, kemerduan, dan peristiwa-peristiwa penting merupakan penyajian yang menarik dan berkesan. Rasanya semua orang senang akan keindahan, kecantikan, dan segala yang mengandung unsur-unsur kemerduan. Itulah sebabnya mengapa kulit-muka majalah-majalah, reklame barang ataupun jasa, sering menggunakan unsur-unsur kecantikan, keindahan, dan kemerduan.

Kedua, memanfaatkan kondisi khalayak sasaran yang umumnya berupa:

a. Familiair dengan obyek
Kebalikan dari adanya perhatian terhadap segala yang serba barn, khalayak pun cenderung pula menyukai obyek-obyek yang sudah lama dikenal atau biasa (sering) dilihatnya. Gejala ini timbul dalam perubahan nama-nama tempat atau bends, kadang-kadang orang lebih suka (ingat) menyebut nama-nama yang lama. Misalnya, Jalan Karyawan di Bandung, orang masih mengingat dan menyebutnya dengan nama lamanya, yaitu jalan Naripan. Demikian pula huruf nama perusahaan atau kantor seperti BCA, Antara, Pikiran Rakyat, dan sebagainya mengandung unsur-unsur kebiasaan sehingga sudah familiair bagi orang banyak. Begitu pula pajangan toko seperti Bata, Jamu Cap Jago, atau toko obat, sekilas pandangan saja orang akan cepat menge¬nalinya karena penampilannya yang khas.

b. Kepentingan
Apa yang menjadi kepentingan khalayak sudah tentu akan menjadi perhatian mereka sendiri. Karenanya dengan mengenal baik kepentingan-kepentingan mereka akan memperoleh bahan berharga untuk penyajian (pesan) Iklan yang bisa menum¬buhkan perhatian.

c. Ada hubungan langsung
Khalayak selalu cenderung untuk menaruh perhatian kepada obyek-obyek yang berhubungan langsung dengan kebutuhannya. Karena itu khalayak bersikap selektif terhadap obyek¬obyek dalam lingkungannya, yaitu memilih obyek-obyek yang mereka butuhkan. Misalnya, orang lapar, yang akan menjadi perhatiannya dalam tingkat pertama adalah makanan. Mereka hanya akan memperhatikan spa-spa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhannya meskipun di sekelilingnya terdapat obyek-obyek lain yang lebih menarik.

d. Kondisi ruhaniah dan jasmaniah khalayak
Kelelahan, kemurungan, penderitaan, sifat, tabiat, kegairahan, dan sebagainya yang tengah dialami khalayak adalah faktor¬faktor yang mempengaruhi reaksi terhadap isi (pesan) iklan. Seorang petani yang selalu kelelahan dalam mengolah sawahnya dengan menggunakan kerbau akan beralih perhatiannya apabila melihat betapa efektifnya kalau menggunakan traktor dalam pengolahan sawahnya. Kaum muslimin selalu akan memperhatikan iklan-iklan yang bernada islami.

e. Feeling
Perasaan atau emosi adalah hal yang tidak boleh dilupakan dalam hal usaha menumbuhkan perhatian. Pendapat, sikap, dan tingkah-laku manusia tidak hanya ditentukan oleh akal (rasio) dan inteligensia semata, melainkan juga jalan hidupnya lebih banyak dipengaruhi oleh perasaannya. Sudah tentu, me¬madukan emosi dengan rasio dan intilegensia akan merupakan suatu upaya yang lebih jitu dalam hal memenangkan attention getting public. Sebuah iklan akan memperoleh respons yang antusias apabila disajikannya dengan cara yang berkesan dan menembus perasaan mereka yang terkait. Misalnya dengan menggambarkan betapa mudah dan bahagianya meraih gelar sarjana apabila memiliki asuransi beasiswa dari sebuah perusahaan asuransi tertentu. Demikian pula dilukiskan betapa nyamannya seorang ibu hamil apabila dibawa mengendarai mobil merk tertentu meskipun terburu-buru mengejar waktu melahirkannya di rumah sakit tertentu.

f. Kegiatan khalayak
Kegiatan komunikasi di wilayah yang penduduknya taat beragama Islam pada saat menjelang Maghrib tidak akan mendapat perhatian sama sekali, sebab tidak cocok dengan kebiasaan (kegiatan) sosial khalayaknya. Demikian pula halnya dengan kegiatan penduduk di daerah pertanian, di mana mereka terikat oleh kewajiban-kewajiban tertentu di ladang atau sawahnya, akan mempengaruhi kelancaran jalannya suatu komunikasi. Apabila tidak disesuaikan dengan waktu-waktu mereka mengadakan kegiatannya, bagaimanapun komunikasi atau persuasi itu dilancarkan selengkap mungkin, perhatian mereka tidak akan tertarik.

Selain dari itu untuk menciptakan kegiatan persuasi yang sederhana, Ian Harvey melalui artikelnya, "The Technique of Persuasion" yang dimuat dalam Social Science in Public Relations suntingan Rex F. Harlow, menyatakan bahwa di dalam mengadakan, persuasi orang harus berpedoman pada empat pegangan, yaitu:

1. Persoalannya harus diterangkan sejelas mungkin
2. Appeal persuasi endaknya dilakukan lebih banyak secara langsung dan emosional ketimbang intelektual
3. Bahasa yang digunakan hendaknya sesederhana mungkin sehingga dapat dipahami dengan mudah
4. Pernyataan hendaknya disusun secara jelas dan berulang-ulang


Menuju TKP ...

10 Dokumen Rahasia FBI Tentang Misteri Dunia

Ada banyak kejadian aneh dan misterius yang tak dapat dijelaskan dengan akal sehat. Secara ilmiah sulit diurai, mungkin hanya lewat supranatura. Artikel ini bukan dimaksud membahas hal-hal klenik, tapi kejadian-kejadian ini sungguh terjadi dan sampai sekarang tak mampu dijelaskan sebab musababnya. Bahkan FBI yang telah turun tangan pun 'menyerah' dan masuk dalam 'X Files'.

Berikut 10 kejadian aneh dan misterius dari berbagai pelosok dunia, Hal aneh yang terjadi di dunia :

1.Rumah Hantu The Amityville



Anda pernah nonton film horror Amityville House? Tahukah Film yang diangkat dari novel horror karangan George dan Kathy Lutz, begitu menyeramkan ketika ditayangkan di layar lebar. Tapi tahukah anda kalau sebenarnya semua kejadian horror itu adalah kisah nyata. George dan Kathy menulisnya dalam novel berdasarkan kejadian sebenarnya yang kemudian diangkat ke layar lebar. Orang percaya bahwa penulis sebenarnya adalah orang yang mengalami kejadian tersebut.

Kisah rumah berhantu itu terungkap tahun 1975 ketika pasangan suami istri pindah ke sebuah rumah di Amityville, New York. Pasangan baru pindah ini tidak tahu kalau rumah itu pada 13 tahun sebelumnya pernah terjadi pembantaian mengerikan. Putra pemilik rumah telah menembak mati semua keluarganya yang berjumlah enam orang. Saat ditangkap, dia mengaku, membunuh karena suruhan suara yang mendengung di kepalanya.

Tapi anehnya, keenam korban di temukan tertelungkup di tempat tidur mereka. Mereka tampak tidur tenang, tidak ada tanda kalau mereka sebelumnya minum obat penenang. Ini memang menjadi misteri yang aneh. Sementara pelaku Ronald DeFeo dijebloskan ke penjara di New York dan mendekam di sana sampai mati.

Kembali ke soal keluarga baru pindah ke rumah horror itu. Selama 28 hari di sana, banyak kejadian misterius dan mengerikan dialami pasangan ini. Bukan hanya soal bau busuk yg tiba-tiba datang, atau suara gedebak-gedebuk yang bising, tapi juga serangan fisik yang tidak diketahui siapa pelakunya. Malah salah satu anggota keluarga melihat penampakan sosok menyeramkan dengan mata merah berpijar. Kathy menemukan sebuah ruang kecil, anjing tidak mau mendekat ke sana. Ada apakah?

2.Misteri Kematian Mary Reeser



Ini kejadian luar biasa yang sampai kini tidak bisa dijelaskan oleh akal sehat. Mary Reeser, lahir pada 1881, ditemukan hampir seluruh badannya hangus dilahap api di rumahnya di Florida pada 1951. Tapi anehnya, meski seluruh tubuhnya gosong, kaki kirinya mulus tanpa cacat sedikitpun. Ini tentu sangat mustahil.

Lebih aneh lagi, sepertinya api hanya menyasar tubuh Mary Reseer saja. Karena ruangan di sekitarnya tempat dia ditemukan, sama sekali tidak terbakar.. Padahal diperkirakan suhu api begitu tinggi sama dengan kremasi mayat, dan harusnya menyambar ke seluruh ruangan bukan hanya tubuh wanita itu..
FBI telah datang untuk melakukan penyelidikan, forensic pun ikut ambil bagian dalam kasus itu, tapi tidak bisas memecahkan kenapa bisa terjadi demikian.

"Saya merasa sulit percaya hal ini. Tubuh manusia yang terbakar dengan suhu tinggi, bisa menyisakan kaki yang mulus tak terbakar sedikitpun. Apa sebenarnya yang terjadi pada malam 1 Juli 1951 itu? Ini sungguh suatu misteri. Seharusnya seluruh ruangan ini hangus terbakar. Ini adalah hal paling luar biasa yang pernah saya lihat. Rambutnya pendek dengan wajah seperti orang ketakutan amat sangat. Saya merasa seperti tinggal di abad pertengahan, di mana orang banyak bicara tentang sihir dan black magic," ungkap Profesor Krogman dari University of Pennsylvania's School of Medicine. Ia mengaku tak mampu menjelaskan misteri ini.

3.Misteri Jejak Setan Gentayangan di Devon



The Devil's Footprints adalah nama yang diberikan untuk sebuah fenomena yang aneh terjadi di Devon, Inggris pada tanggal 8 Februari 1855. Setelah salju yg turun di malam hari, keesokannya muncul jejak-jejak di salju berukuran 1,5 inc (4 cm) dan lebar 2,5 inc (6,35 cm). Jejak-jejak itu bertebaran di seluruh desa. Bukan hanya itu jejak -jejak itu juga ada di atap bahkan di dinding bangunan yang tinggi. Penduduk desa menjadi geger dan tak mengerti fenomena apa itu. Karena tak jelas, orang pun mulai berpikir tentang makhluk aneh bahkan setan yang gentayangan di desa mereka. Itu sebabnya muncul istilah Devil's Footprint.**

4. Misteri Zana 'Manusia Purba'



Kejadian aneh ini terjadi pada abad pertengahan, sekitar abad 18. Ochamchir, seorang pemburu di wilayah Georgia ketika itu masih masuk dalam salah satu provinsi di Rusia. Pemburu ini menangkap seorang perempuan liar di mana lengan, kaki dan jari ditutupi rambut tebal. Perempuan aneh ini diberi nama Zana. Karena liarnya, untuk menjinakkannya pada awalnya dia terpaksa harus dikurung selama bertahun-tahun dengan makanan yang dilemparkan kepadanya. Setelah ia jinak, barulah Zana dibebaskan dan diajari mengerjakan hal-hal ringan. Seperti menggiling jagung, dll.

Uniknya, Zana memiliki daya tahan tubuh yang tinggi lebih dari manusia biasa. Dia tahan pada cuaca dingin luar biasa, namun dia tidak tahan pada udara hangat dalam ruangan. Dia sangat suka makan buah anggur dan tanaman menjalar. Dia adalah peminum berat dan bisa tidur berjam-jam. Yang anehnya, dia bisa memiliki banyak anak dengan ayah yang berbeda-beda. Tapi kebanyakan anak-anaknya tewas karena Zana memandikan mereka di sungai dingin yang hampir beku.

Penduduk desa khawatir dengan ulah aneh Zana, dan mereka pun mengambil anak-anaknya menjauhi ibunya. Anak-anak Zana tidak seperti ibunya, mereka berkembang seperti manusia biasa dan mereka juga telah diangkat anak oleh beberapa penduduk desa. Zana meninggal di desa itu tahun 1890.Sedang anak bungsunya meninggal 1954.

Kisah ini merupakan hasil penelitian Professor Porchnev yang mewawancarai orang-orangtua di desa itu. Zana juga memiliki banyak cucu. Mereka berkulit gelap. Salah satunya adalah Shalikula, ia memiliki mulut yang kuat sehingga ia dapat mengangkat sebuah kursi dengan seorang lelaki duduk di atasnya.

Penelitian tentang Zana menghasilkan dugaan kalau wanita aneh itu merupakan bentuk evolusi manusia yang belum sepenuhnya berubah menjadi manusia modern. ***

5. Misteri Wanita Penyebar Gas



The Mad Gasser dari Mattoon adalah nama yang diberikan kepada orang berada di balik serangkaian serangan gas yang terjadi di Botetourt County, Virginia, pada awal tahun 1930an, dan di Mattoon, Illinois, pada pertengahan tahun 1940-an.Kejadian pertama terjadi di rumah Cal Huffman, di Haymakertown, Botetourt County, di mana terdapat tiga serangan dilaporkan selama satu malam.

Sekitar 10:00 pada 22 Desember 1933, Ibu Huffman melaporkan bau bau yang tidak biasa, dan dengan mengatasi rasa mual. Bau yang mual dan kembali lagi sekitar 10:30, Cal Huffman kemudian menghubungi polisi. Ketiga serangan terjadi sekitar 1:00, saat itu serangan gas memenuhi seluruh rumah. Delapan anggota keluarga Huffman menjadi korban bersama dengan Ashby Henderson, seorang tamu tinggal di rumah.

Berikutnya yang tercatat di Cloverdale insiden terjadi pada 24 Desember. Clarence Hall, istrinya, dan dua anak-anak mereka baru pulang dari gereja 9:00 Mereka pun lemas. Polisi menyelidiki kasus ini, menemukan paku yang diambil dari belakang jendela, di mana bau gas sangat keras. Diduga, lubang itu digunakan untuk memasukkan gas ke dalam rumah itu.

Kejadian ketiga pada 27 Desember, di mana penduduk Troutville, A. Kelly dan ibunya dilaporkan memiliki gejala sama seperti kasus Huffman dan Hall. Insiden keempat dan kelima terjadi pada 10 Januari, ketika Mrs Moore, seorang tamu di rumah penduduk Haymakertown Homer Hylton melaporkan mendengar suara di luar, sebelum gas dimasukkan ke rumah mereka lewat jendela yang rusak. Kedua serangan malam yang dilaporkan dalam Troutville, di rumah Kinzie G..

Sedikitnya 10 kasus lain yang dilaporkan di Botetourt dan dalam 10 tahun kemudian, lebih dari 20 kasus baru dilaporkan di Mattoon. Salah satu saksi mengatakan, dia melihat pelaku penyebar gas ity adalah seperti seorang wanita bertubuh tinggi kurus, berpakaian seperti seorang laki-laki namun jejak kakinya milik seorang perempuan.**

6.Misteri Lampu Hantu di Bridgewater Triangle



Bridgewater Triangle merupakan wilayah sekitar 200 mil persegi (520 km2) di tenggara Massachusetts, Amerika Serikat. Sejak masa colonial, daerah itu dikenal sebagai daerah yang memiliki kekuatan misterius yang sulit dijelaskan. Berbagai laporan tentang daerah itu sempat dicatat di antaran tentang fenomena Poltergeists dan orbs, bola api yang tiba tiba jatuh di sana juga fenomena hantu.

Rumors yang beredar tentang penampakan 'bigfoot', ular raksasa, burung raksasa, serta ditemukan banyak sisa sisa potongan ternak, dll. Polisi juga wartawan telah berusaha mengungkap kejadian-kejadian aneh di sana.
Area itu menjadi amat sangat misterius dan tak tersentuh sehingga dijuluki Hockomock Swamp, yang berarti " jiwa dwell", atau penduduk setempat menyebutnya sebagai "The Devil's Swamp" .

Salah satu fenomena yang terkenal terjadi di daerah itu adalah munculnya cahaya berkelap-kelip dari rawa-rawa di sekitar situ. Orang menyebut kelap kelip itu sebagai lampu hantu yang biasanya terlihat di daerah berawa.
Fenomena lampu hantu it u terus muncul di sekitar Bridgewater Triangle. Lampu aneh itu juga muncul setiap Januari di sekitar rel kereta yg melintasi daerah itu.***

7. The Clapham Wood Mystery



The Clapham Wood Mystery adalah nama yang diberikan terkait dengan peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi di Clapham Wood, West Sussex, Inggris. Peristiwa-peristiwa itu merupakan laporan dari warga setempat yang mengalami fenomena aneh itu. Misalnya, hewan peliharaan keluarga yang hilang tiba-tiba atau orang yang tiba-tiba meninggal tanpa sebab.

Sejak 1960 dilaporkan di kawasan itu sempat terlihat adanya benda terbang aneh (UFO?), juga masyarakat yang tiba tiba merasa suatu yang aneh dan gaib. Jalur yang dilaporkan misterius adalah jalur menuju hutan. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa daerah itu memiliki tingkat radiasi tinggi.

Laporan ini mengejutkan, karena daerah tersebut merupakan daerah kapur yang biasanya rendah radiasi.

Dalam foto, pada awalnya masih terlihat pohon-pohon tinggi dan besar. Namun akibat 'depresi' pohon-pohon itu mati. Kini sangat sulit mencari pohon pohon besar di sana.

Dilaporkan ada empat kematian misterius di dekat hutan. Pertama Juni 1972 dimana seorang polisi, Peter Goldsmith hilang saat hiking di daerah itu. Tubuhnya telah menemukan 6 bulan kemudian. Kematian yang kedua adalah dari Leon Foster, tubuh yang telah ditemukan pada Agustus 1975, setelah 3 bulan hilang.

Yang ketiga adalah kematian dari Reverend Harry Neil Snelling, mantan wakil dari Clapham. Dia menghilang pada Oktober 1978 dan tubuhnya tidak ditemukan sampai 3 tahun kemudian. Kasus-kasus di Clapham ini hingga kini tak terungkap.

8. Misteri Rumah Hantu Summerwind



Summerwind Mansion, sebelumnya dikenal sebagai Lamont Mansion, merupakan gudang di pantai Barat Teluk Vilas di Lake County, North East Wisconsin. Daerah itu merupakan salah satu daerah paling angker di Wisconsin. Kondisinya kini kumuh dan telantar. Hal ini karena pernah terjadi kebakaran hebat di daerah itu yang nyaris memusnahkan semua gedung di sana.

Summerwind pada awalnya dibangun pada awal abad ke-20 sebagai mes para nelayan. Pada 1916 telah dibeli oleh Robert P. Lamont, yang bekerja sebagai arsitek di perusahaan Tallmadge and Watson. Kemudian dia merenovasi gedung itu dan tinggal di sana. Namun sebelumnya ia sudah diperingatkan bahwa gedung itu angker.

Tapi dia tidak percaya sampai kemudian dia sendiri bertemu dengan 'penunggu' rumah itu. Kejadian itu terjadi era 1930, Lamont melihat penampakan hantu di dapur rumahnya, membuat dia terbirit birit meninggalkan rumahnya itu.
Setelah kepergian Lamont, rumah itu dibiarkan kosong dan terbengkalai.

Tahun 1970-an, pasangan suami istri, Arnold dan Ginger Hinshaw membeli rumah itu dan tinggal bersama empat anaknya. Sejak mulau tinggal, keluarga ini kerap diganggu berbagai hal aneh.

Hinshaws melaporkan sejumlah kejadian aneh, mulai dari bayangan yang bergerak dari bawah ke atas dengan suara pelan dan berhenti ketika mereka masuk ke kamar, atau jendela yang tiba-tiba terbuka sendiri. Mereka melaporkan beberapa kali melihat hantu wanita di sekitar ruang makan.

Mungkin karena stress, dalam waktu enam bulan setelah pindah ke Summerwind, Arnold jatuh sakit dan Ginger , istrinya, mencoba bunuh diri. Akhirnya Arnold masuk rumah sakit, sedang Ginger pindah dengan orang tuanya di Granton, Wisconsin.

Pada bulan Juni 1988, Summerwind beberapa kali terkena petir yang memicu munculnya api dan membakar rumah. Sehingga banyak bagian gedung itu rusak parah. Yang anehnya, petir menyambar berkali-kali, padahal di sekitarnya banyak pohon tinggi melebihi gedung itu tapi sama sekali tidak ikut tersambar.

Saat ini gedung itu tak berbentuk lagi hanya menyisakan fondasi rumah yang tak terawatt.**

9.Hopkinsville Goblins: Munculnya Makhluk Aneh Bercahaya



Kasus Hopkinsville Goblins dikenal sebagai kasus teraneh dalam sejarah benda-benda terbang yang pernah ada. Kasus ini terdokumentasi dengn baik. Kasus ini terjadi di dekat kota antara Kelly dan Hopkinsville, Kentucky, pada 21 Agustus 1955 malam hingga pagi.

Bermunculan benda terbang aneh dalam tempo yang lama, ada banyak saksi yang melihatnya. " Beberapa sakisi mata mengatakan, benda-benda itu terbang terlihat beberapa jam, memanjang sepanjang malam hingga pagi. Mereka melihat penampakan makhluk-makhluk bercahaya yang tingginya tiga kaki. Saksi melihat lengannya mengeluarkan api yang ditembakkan ke atas.

Pada malam 21 Agustus, 1955, Billy Ray Taylor mengundang teman-temannya gi untuk makan malam. Ketika menengok ke atas, mereka melihat ada cahaya aneh di langit sebelah barat. Kelompok ini juga melihat makhluk terang tingginya setengah kaki berkepala besar, telinga lebar dan mata bercahaya. Tangannya mengeluarkan api.

Makhluk itu mendekati rumah Taylor sampai berjarak 20 kaki. Orang-orang yang melihat mengambil senapan dan bersiap-siap menggunakannya. Namun makhluk itu kemudian melarikan diri kea rah kegelapan malam.

Setelah itu, semua anggota keluarga berulang kali melihat penampakan makhluk itu yang sepertinya bergerak menuju rumah mereka. Ini memang cerita aneh. Untuk lebih jelas anda bisa membaca artikel lengkapnya di Wikipedia.**

10. Manusia Kadal dari Scape Ore Swamp



Kasus ini terjadi di kawasan berawa di daerah Lee Country, Carolina Selatan. Makhluk aneh yang digambarkan memiliki tinggi 7 feed atau lebih dari 2 meter, berbadan tegap dengan kulit yang bersisik berwarna hijau muncul di sana. Matanya menyeramkan sebesar jeruk glowing. Makhluk itu memiliki tiga jari pada tangan dan kakinya. Orang menyebutnya makhluk kadal dari rawa.

Laporan pertama tentang keberadaan mahluk itu disampaikan oleh Christopher Davis, 17 tahun, penduduk setempat. Ia mengatakan, makhluk yang ditemui saat berkendara melewati perbatasan Scape Ore Swamp. Kebetulan saat itu mobilnya mengalami masalah sehingga ia terpaksa berhenti untuk ganti ban. Ketika ia selesai ganti ban, dia mendengar suara berisik di belakangnya.

Saat berpaling, betapa terkejutnya dia melihat mahluk aneh tampak berjalan menuju dirinya. Davis mengaku, makhluk itu mencoba menyerang mobilnya, dengan melompat di atas atap mobil. David berusaha kabur . Sampai di rumah, di lihatnya kaca spion mobinya telah hancur, kerusakan juga pada atap mobil.

Beberapa bulan yang sama, muncul laporan hampir senada dengan kasus David. Dilaporkan, mahluk itu mirip kadal raksasa berada di dekat rawa. Sebagian besar laporkan mengatakan kejadiannya sekitar 3 mil atau 5 km dari Bishopville atau di sekitar dari rawa-rawa. Dua bulan kejadian, beberapa polisi melakukan penyelidikan dan ditemukan jejak kaki berukuran 14 inc panjangnya.

Lalu polisi mengirim laporran itu ke FBI untuk ditelusuri lebih lanjut. Namun analisa menemui jalan buntu, hingga sekarang tak jelas, makhluk apakah yang berperawakan mirip kadal itu.

Sumber : http://postingdeh.blogspot.com/2010/11/10-x-files-fbi-tentang-misteri-di-dunia.html


Menuju TKP ...

Pengaruh Promosi dan Potongan Harga Terhadap Minat Beli

Siang Gan!

Lama ngga posting, akhir2 ini sibuk pengetikan, jadi waktu untuk update blog agak sempit.

Mulai hari ini saya akan memposting tulisan2 yang sudah saya ketik :haha: maklum operator rental kerjaannya ngetik mulu :huft:

Disamping supaya blog ini terupdate, siapa tau ada yg butuh artikel2 yang berkaitan dengan judul yang saya ketik


"Monggo dibaca Gan!"





SKRIPSI
“PENGARUH PROMOSI DAN POTONGAN HARGA TERHADAP MINAT BELI FURNITURE MERK OLYMPIC”



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Dewasa ini perhatian terhadap Pengaruh promosi dan potongan harga terhadap minat beli semakin besar. Persaingan yang semakin ketat khususnya untuk Furniture, dimana banyak produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, menyebabkan seiap perusahaan furniture harus menempatkan orientasi promosi dan potongan harga sebagai tujuan utama dan diyakini sebagai kunci utama untuk memenangkan persaingan adalah memberikan nilai dan kepuasan kepada pelanggan melalui penyampaian produk dan jasa dengan harga bersaing.
Perubahan makro seperti krisis ekonomi membuktikan bahwa sector riil yang meliputi sector perdagangan dan jasa termasuk didalamnya bisnis furniture. Hal ini mengakibatkan banyak bermunculan bisnis di bidang furniture sehingga persaingan tidak bias dihindari. Kepuasan pelanggan adalah factor yang menentukan dalam strategi pemasaran perusahaan yang merupakan pertahanan paling baik untuk menghadapi persaingan yang ketat yang menyebabkan perusahaan harus menempatkan perusahaan pada kepuasan konsumen sebagai tujuan utama, sehingga kini menjadi salah satu penentu suksesnya pemasaran. Kesetiaan konsumen agar tidak hilang, maka perlu mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam strategi pembauran pemasaran sebagai analisis agar dapat berorientasi pada kepuasan komsumen.
Kepuasan menurut Jhon dan Michael (1998, p4.4) pelanggan mengalami salah satu dari tingkat kepuasan yang umum, kalau kinerja di bawah harapan pelanggan akan kecewa, kalau kinerja sesuai dengan harapan pelanggan puas, kalau melebihi harapan pelanggan sangat puas atau gembira.
Kepuasan menurut Kotler (2000:36) kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dia rasakan dengan harapannya. Pada umumnya harapan dari pelanggan merupakan perkiraan/keyakinan pelanggan tentang apa yang diterimanya bila mereka membeli atau mengkonsumsi suatu produk. Kepuasan ini mendatangkan keuntungan karena biaya mendapatkan pelanggan baru lima kali lebih tinggi daripada mempertahankan yang sudah ada.

Philip Kotler (205:220-220-225), mengemukakan bahwa keputusan terpenting promosi yang berhubungan langsung dengan tingkat kepuasan konsumen adalah:
1. Keragaman produk (Product assortment)
2. Layanan dan atmosfer took
3. Keputusan harga
4. Keputusan promosi
5. Keputusan tempat (lokasi)

Semakin meningkatnya kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang didapat melalui kegiatan berbelanja di toko swalayan memiliki tujuan untuk mendapatkan kepuasan tersendiri atas aktivitas yang dilaksanakan konsumen. Hal-hal yang akan ditawarkan yang notabene bukan hanya dalam bentuk barang harus memiliki kelebihan-kelebihan khusus yang bersifat positif dibandingkan dengan penawaran usaha furniture lainnya, maka pelanggan tetap setia. Dalam mempertahankan pelanggan, perusahaan harus dapat memberikan kepuasan yang maksimal dalam memuaskan pelanggannya, jika pelanggan merasa puas, maka mereka akan kembali membeli produk kita dan membicarakan hal tersebut kepada orang lain secara menguntungkan. Ini memungkinkan adanya perjuangan yang keras dalam mempertahankan keberadaan dari sekian banyak usaha furniture di Indonesia serta di kota Jakarta pada khususnya.
Bauran pemasaran furniture tanpa mengetahui puas atau tidaknya konsumen terhadap hal-hal yang ditawarkan dan tidak pula mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan konsumen terhadap strategi yang dilaksanakan tersebut. Dalam hal ini kepuasan bukan hanya milik para konsumen saja melainkan perusahaan juga ikut puas terhadap hal-hal yang ditawarkan. Dengan puasnya konsumen terhadap strategi yang ditawarkan, perusahaan bisa terusmenjaga prestasi tersebut atau bahkan terus mengembangkan stratefi bauran pemasaran furniture dengan inovasi-inovasi yang berdasarkan dari masukan-masukan para konsumen. Masalah penelitian yang menjadi fokus peneliti adalah untuk mengethaui sejauh mana factor keragaman produk (product assortment), layanan, atmosfer toko, harga, promosi, tempat (lokasi) menentukan tingkat kepuasan konsumen Olympic, sehingga dapat memberikan nilai tambah dan dapat memberikan kebutuhan informasi yang mencerminkan kesinambungan produk dan dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dalam meningkatkankualitas segala hal yang ditawarkan perusahaan, jumlah pelanggan dan jumlah pelanggan yang sudah ada.
Hal yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah sejauh mana factor-faktor strategi bauran pemasaran furniture yakni keragaman produk (produ assortment), layanan dan atmosfer toko, harga promosi, tempat/lokasi menentukan tingkat kepuasan konsumen pada Olympic.
Atas dasar permasalahan tersebut diatas maka dalam penulisan skripsi ini akan menganalisa Pengaruh Promosi dan Potongan Harga terhadap Minat Beli Furniture Merk Olympic. Dengan harapan analisis ini mendapatkan suatu konsep teoritik pada pelaksanaan program baruran pemasaran furniture dan masukan bagi perusahaan dalam memberikan potongan harga kepada konsumen sehingga mampu mempertahankan pelanggan serta eksistensinya dalam dunia bisnis yang merupakan satu tujuan terpenting dalam daur hidup suatu usaha.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Sejauh mana faktor keragaman produk (Product assortment) menentukan tingkat kepuasan konsumen furniture Olimpic
2. Sejauh mana faktor layanan menentukan tingkat kepuasan konsumen Furniture Olympic
3. Sejauh mana faktor atmosfer toko menentukan tingkat kepuasan konsumen Furniture Olympic
4. Sejauh mana faktor harga menentukan tingkat kepuasan konsumen Furniture Olympic
5. Sejauh mana faktor promosi menentukan tingkat kepuasan konsumen Furniture Olympic
6. Sejauh mana faktor tempat (lokasi) menentukan tingkat kepuasan konsumen Furniture Olympic.



C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis strategi bauran pemasaran furniture yang menentukan tingkat kepuasan konsumen
2. Untuk menganalisis kesetiaan konsumen yang telah berbelanja
3. Untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan dalam strategi promosi dan potongan harga furniture
4. Untuk menganalisis promosi produk kepada konsumen
5. Untuk menganalisa promosi
6. Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap iklan terhadap sikap terhadap merek.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Praktisi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan konsumen dalam berbelanja untuk meningkatkan kepuasan konsumen terhadap sumber, persepsi terhadap iklan, sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan
2. Bagi Akademisi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau kajian bagi penelitian-penelitian berikutnya mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Perilaku Konsumen
Semakin majunya perekonomian dan teknologi, berkembang pula strategi yang harus dijalankan perusahaan, khususnya dibidang pemasaran. Untuk itu perusahaan perlu memahami atau mempelajari perilaku konsumen dalam hubungannya dengan pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Dalam menentukan jenis produk, konsumen selalu mempertimbangkan tentang produk apa yang dibutuhkan, hal ini dikenal dengan perilaku konsumen.
Perilaku consumen (consumer behavior) adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa tersebut didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Dharmmesta dan Handoko, 2000: 10). Hubungannya dengan keputusan pembelian suatu produk atau jasa, pemahaman mengenai perilaku konsumen meliputi jawaban atas pertanyaan seperti apa (what) yang dibeli, dimana membeli (where), bagaimana kebiasaan (how often) membeli dan dalam keadaan apa (under what condition) barang-barang dan jasa-jasa dibeli.

Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen yang dikemukakan Kotler (1997 : 10) menerangkan bahwa keputusan konsumen dalam pembelian selain dipengaruhi oleh karakteristik konsumen, dapat dipengaruhi oleh rangsangan perusahaan yang mencakup produk, harga, tempat dan promosi. Variabel-variabel diatas saling mempengaruhi proses keputusan pembelian sehingga menghasilkan keputusan pembelian yang didasarkan pada pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian, jumlah pembelian.

Persepsi Konsumen
Menurut Kotle (1997) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli adalah rangsangan fisik, visual dan komunikasi verbal dan non verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003). Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu prose situ sendiri terkait dengan komponennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar kata-kata, gambar, dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk (harga, tempat, penjualan, damapak dari Negara penjualan).

Implikasi Perilaku Konsumen Pada Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran terdiri atas unsur-unsur pemasaran yang terpadu yang selalu berkembang sejalan dengan gerak perusahaan dan perubahan-perubahan lingkungan pemasarannya serta perubahan perilaku konsumen. Hal ini disebabkan karena stratefi pemasaran menyangkut dua kegiatan pemasaran yang pokok yaitu: pemilihan pasar-pasar yang akan dijadikan sasaran pemasaran dan merumuskan dan menyusun suatu kombinasi yang dapat tepat dari bauran pemasaran, agar kebutuhan para konsumen dapat dipenuhi secara memuaskan.

Keputusan Pembelian
Dalam memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusan pembeliansuatu produk atau merek. Rangsangan tersebut kemudian diproses (diolah) dalam diri, sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian.

B. Periklanan
1. Definisi Periklanan
Periklanan pada dasarnya merupakan salahsatu tahap dari pemasaran, yang tiap-tiap tahap itu bagaikan mata rantai yang saling berhubungan dan jaringannya akan terptus jika salah satu mata rantai itu lemah. Periklanan menjadi tahap yang penting yang sama pentingnya dengan tahap-tahap lain dalam proses pemasaran. Definisi periklanan menurut institute praktisi periklanan Inggris dalam Jefkins (1996: 5) adalah : Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasive yang diarahkan kepada (calon) konsumen yang paling potensioal atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang paling ekonomis. Kotler (1997: 236) mengartikan periklanan sebagai berikut : Periklanan adalah segala bentuk penyajian non-personal dan promosi ide, barang atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembiayaan. Dalam membuat program periklanan manajer pemasaran harus selalu mulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian membuat lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan yang disebut lima M (Kotler 1997:26) sebagai berikut :
a) Mission (misi)
b) Money (uang)
c) Message (pesan)
d) Media (media)
e) Measuremen (pengukuran)

2. Tujuan Periklanan
a) Periklanan menjalankan sebuah fungsi “informasi”. Biasanya dilakukan secara besar-besaran pada tahap awal suatu jenis produk, tujuannya untuk membentuk permintaan pertama.
b) Periklanan menjalankan sebuah fungsi “Persuasif”
Penting dilakukan dalam tahap kompetitif. Tujuannya untuk membentuk permintaan selektif untuk suatu merk tertentu.
c) Periklanan menjalankan sebuah fungsi “Pengingat”
Iklan pengingat sangat penting bagi produk yang sudah mapan. Bentuk iklan yang berhubungan dengan iklan ini adalah iklat penguat (Inforcement advertising) yang bertujuan meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang benar

3. Anggaran Periklanan
Setelah memutuskan tujuan periklanan, langkah selanjutnya adalah memutuskan anggaran periklanan untuk setiap produk

4. Pesan Periklanan
Iklan diadakan untuk member informasi dan membujuk. Isi komunikasi iklan adalah inti apa yang dapat dilakukan oleh iklan tersebut. Aspek ini sering disebut “kreatif”, pesan atau isi iklan disebut “pekerjaan kreatif”. Iklan meliputi latihan menulis dan mendesain dalam kata-kata dan gambar, serta memerlukan kemampuan verbal maupun kemampuan menggambar yang memadai. Perbedaan antara satu iklan dengan iklan yang lain seringkali terletak pada pesan itu sendiri itulah arti komunikasi. Contoh iklan pun bisa dalam bentuk brosur, pamphlet, media visual dan lain sebagainya .
5. Pemilihan Media Iklan
Pemilihan media iklan sangat penting agar yang disampaikan dalam iklan dapat efektif mencapai dan diterima konsumen sasaran.

C. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Menurut Kotler (1997) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli adalah rangsangan fisik, visual dan komunikai verbal dan non verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003). Persepsi tidak hanya tergantung pada sifat-sifat rangsangan fisik, tapi juga pada pengalaman dan sikap sekarang dari individu. Pengalaman dapat diperoleh dari semua perbuatannya di masa lampau atau dapat pula dipelajari, sebab dengan belajar seseorang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman yang berbeda-beda, akan membentuk suatu pandangan yang berbeda sehingga menciptakan proses pengamatan dalam perilaku pembelian yang berbeda pula. Makin sedikit pengalaman dalam perilaku pembelian, makin terbatas pula luasan interpretasinya. Dan juga persepsi ini jua ada hubungannya antara rangsangan dengan medan yang mengelilingi dan kondisi dalam diri seseorang. Informasi yang diperoleh dan diproses konsumen akan membentuk preferensi (pilihan) seseorang terhadap suatu obyek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu obyek, yang ada pada gilirannya akan sikap ini seringkali secara langsung akan mempengaruhi apakah konsumen akan membeli suatu produk atau tidak.

2. Persepsi Produk/pesan
Persepsi produk/pesan tertuju pada produk yang dibuat dalam komunikasi. Perhatian berfokus pada dua tipe respon yaitu argument yang mendukung (support argument) dan argument yang menentang (counter argument) (Belch dan Belch, 1995). Counter argument merupakan persepsi konsumen yang berkebalikan dengan pesan dalam iklan. Konsumen akan mengekspresikan ketidakyainan dan ketidaksetujuan terhadap klaim dalam iklan mengenai produk. Sehingga indikasi bahwa pemrosesan informasi iklan berjalan efektif bila seseorang konsumen memberikan argument yang mendukung (support argument). Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengankomponennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk mempengaruhi minat beli secara tidak langsung

3. Persepsi Sumber / Model Iklan
Pesepsi sumber/model iklan tertuju pada sumber atau model yang mengkomunikasikan iklan. Respon paling kritis dari konsumen adalah penghinaan sumber/model atau persepsi negative terhadap model. Hal ini akan mendorong penurunan penerimaan pesan. Umumnya ini terjadi ketika konsumen berpendapat bahwa model berkata tidak jujur atau membohongi sehingga konsumen kurang menerima apa yang model katakan

4. Persepsi Terhadap iklan
Persepsi terhadap iklan tertuju pada iklan itu sendiri. Pada saat melihat iklan, banyak konsumen yang tidak memperhatikan klaim produk dan atau pesan secaralangsung, tetapi reaksi afektif menimbulkan perasaan terhadap iklan. Persepsi ini meliputi reaksi terhadap factor iklan seperti kreatifitas efek gambar, warna dan intoansi suara (Boleh dan Belch, 1995). Persepsi iklan dapat berupa tanggalan baika tau tidak baik. Hal ini penting karena efeknya pada sikap terhadap iklan dan juga mereka secara langsung.


D. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis social kontemporer. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen. Definisi sikap menurut Allport dalam setiadi (2003) adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku.

2. Sikap terhadap Iklan
Sikap terhadap iklan adalah cara konsumen mengenai sebuah iklan : sikap terhadap iklan (afektif) merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut. Assael (2001: 368) mendefinisikan sikap terhadap iklan sebagai berikut “Attitude toward the ad is the consumer’s predisposition to respond favorably or unfavorably to a particular ad”, yaitu sikap terhadap iklan adalah kecenderungan konsumen menjawab dengan baik atau tidak baik iklan tertentu. Respon positif (support arguments dan source bolstering) umumnya akan menghasilkan sikap positif konsumen terhadap iklan: respon kognitif yang negative. Karena aspek afektif yang dominan maka sikap terhadap iklan diukur dalam afektif penerima pesan yang menilai baik-tidak baik, suka-tidak suka, menarik-tidak menarik, kreatif-tidak kreatif, informati-tidak informative. Mowen dan Minor (2002: 378) mengemukakan bahwa konsumen mengembangkan sikap terhadap iklan seperti terhadap merek, dan sikap terhadap iklan ini mempengaruhi sikap mereka terhadap merek. Sikap terhadap iklan mengacu pada kesukaan atau ketidaksukaan konsumen secara umum atau rangsangan iklan tertentu.

3. Sikap terhadap Merek
Sikap terhadap merek menurut Assael (2001:282) adalah kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek dengan cara mendukung (positif) atau tidak mendukung (negative) secara konsisten. Evaluasi konsumen terhadap merek tertentu ini dimulai dari sangat jelek sampai sangat bagus. Sikap terhadap merek didasarkan pada skema tentang merek tersebut yang telah tertanam dibenak konsumen. Seperti telah disebutkan diatas bahwa komponen sikap ada 3 yaitu: Kognitif, Afektif dan Konatif maka ketiga komponen ini juga terdapat dalam sikap konsumen terhadap produk, yaitu Assael (2001:283)

a. Brand believe adalah komponen kognitif (pemikiran)
b. Brand evaluation adalah komponen afektif yang mewakili semua evaluasi terhadap merek oleh konsumen. Kepercayaan terhadap suatu merek adalah multi dimensional karena mereka mewakili atribut merek yang dipersepsikan oleh konsumen
c. Kecenderungan untuk bertindak adalah komponen konatif (tindakan) dan pada umumnya komponen ini dengan melihat “maksud untuk membeli” dari seorang konsumen adalah penting dalam mengembangkan strategi pemasaran

4. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Mochammad Yuliostiano & Retno Tanding Suryandari (2003), menyatakan bahwa semua variable predictor yaitu persepsi terhadap produk, persepsi terhadap model persepsi terhadap iklan, serta sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan dalam pembentukan minat beli konsumen pada iklan. Terdapat sebuah penemuan bahwa keterlibatan pembuatan iklan (adexecution involvement) tinggi dan keterlibatan pesan iklan (ad message) rendah, aspek peripheral dan iklan bekerja lebih dominan (Mackenzie dan Litz, 1989). Dalam kondisi ini, sikap terhadap iklan menjadi dominan mempengaruhi sikap terhadap iklan dan pengaruh hal-hal yang berhubungan dengan pesan menjadi minimal (Muehlin, Laczmick, dan Stolman, 1991)

5. Kerangka Pikir
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Hi : Analisis pemasaran groseris yang menentukan tingkat kepuasan konsumen
H2 : Analisis terhadap sumber/model berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap merek.
H3 : Analisis terhadap sumber/model berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap iklan.
H4 : Persepsi terhadap iklan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap iklan
H5 : Sikap terhadap iklan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap merek.




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Lokasi Penelitian
Target populasi dari penelitian ini adalah masyarakat di kalangan daerah Cijantung yang telah berbelanja dari produk yang ditawarkan Furniture Olympic Cijantung. Karena baik merek produk maupun iklan, produk yang diteliti dalam penelitian ini sudah sering dilihat dan diketahui. Dengan asumsi jumlah dalam penelitian ini bahwa jumlah populasi terbatas.

B. Jenis dan Sumber Data Penelitian
1. Jenis Data yang digunakan adalah :
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari jawaban responden yang disebar melalui responden.

2. Sumber Data yang Didapat adalah :
Menurut Supomo (2002: 107) yang dimaksud sumber data adalah subjek dari data dapat diperoleh :
Menurut Supomo (1999: 147), data primer adalah sumber data penelitian yang langsung dikumpulkan dari tangan pertama atau sumber asli dan diolah oleh perorangan (tidak melalui media perantara). Data ini diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dan menyebar kuesioner.

Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya dianggap mewakili populasi (Djarwanto Ps, 1996: 108). Ferdinand (2002: 48) memberikan pedoman ukuran sampel yang diambil, yaitu :
a. 100 – 200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation
b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi
c. Tergantung pada jumlah indicator yang digunakan dalam seluruh variable laten
d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik estimasi
Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 100 sampel dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah melibihi jumlah sampel minimal dalam penelitian (n = 30)

C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan dengan criteria-kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian (Jogiyanto, 2004). Yaitu semua masyarakat yang pernah melihat iklan Olympic di media televise dan pernah menggunakannya.

D. Definisi Operaisonal
a. Persepsi Produk/Pesan
Persepsi produk/pesan tertuju pada produk yang dibuat dalam komunikasi. Perhatian berfokus pada dua tipe respon yaitu argument yang mendukung (support argument) dan argument yang menentang (counter argument) (Belch dan Belach, 1995)
Counter argument merupakan persepsi konsumen yang berkebalikan dengan pesan dalam iklan. Konsumen akan mengekspresikan ketidakyakinan dan ketidaksetujuan terhadap klaim dalam iklan mengenai produk. Konsumen lain ada yang mendukung argument atau berpersepsi bahwa konsumen setuju atau sependapat dengan klaim dalam iklan. Argument yang menolak berhubungan secara negative denganpenerimaan pesan, semakin menolak pesan yang disampaikan maka penerimaan pesan juga akan semakin minimal. Sehingga indikasi bahwa pemrosesan informasi iklan berjalan efektif bila seorang konsumen memberikan argument yang mendukung (support argument)

b. Persepsi terhadap Sumber/Model
Persepsi sumber/model iklan tertuju pada sumber atau model yang mengkomunikasikan iklan. Respon paling kritis dari konsumen adalah penghinaan sumber/model atau persepsi negative terhadap model. Hal ini akan mendorong penurunan penerimaan pesan. Umumnya ini terjadi ketika konsumen berpendapat bahwa model berkata tidak jujur atau membohongi sehingga konsumen kurang menerima apa yang model katakana. Persepsi terhaap sumber/model tidak selalu negative. Konsumen yang bereaksi baik terhadap sumber/model iklan menghasilkan persepsi yang baik atau mendukung model iklan. Pembuat iklan dapat menyewa seorang pembicara atau model yang disukai oleh konsumen sasaran untuk membawa efek atas pesan yang disampaikan.

c. Persepsi Terhadap Iklan
Persepsi ini meliputi reaksi terhadap faktor iklan seperti kreatifitas efek gambar, warna dan intonasi suara (Belch dan Belch, 1995). Persepsi terhadap iklan dapat berupa tanggapan baik atau tidak baik. Hal ini penting karena efeknya pada sikap terhadap iklan dan juga merek secara langsung. Selain dengan ukuran suka tidak suka, reaksi afektif konsumen terhadap iklan, khususnya iklan komersial di televise dapat diukur dengan pernyataan terhadap gaya, ide, produksi, audio pembuatan suatu iklan (Mehta, 1994). Reaksi ini akan ditransformasikan pada setiap sikap terhadap merek dan minat beli konsumen.

d. Sikap Terhadap Merek
Sikap terhadap merek menurut Assael (2001) adalah kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek dengan cara mendukung (positif) atau tidak mendukung (negative) secara konsisten. Variable ini diukur dengan menggunakan dimensi sikap terhadap merekyaitu tentang pernyataan mental penerima pesan yang menilai positif atau negative, bagus-tidak bagus, suka-tidak suka, berkualitas-tidak berkualitas suatu produk (Assael, 2001)

e. Sikap Terhadap Iklan
Sikap terhadap iklan adalah cara konsumen mengenai sebuah iklan: sikap terhadap iklan (afektif) merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut. Assael (2001) mendefinisikan sikap terhadap iklan sebagai berikut “Attitude toward the ad is the consumer’s predisposition to respond favorably or unfavorably to a particular ad” artinya sikap terhadap iklan adalah kecenderungan konsumen menjawab dengan baik atau tidak baik terhadap iklan tertentu.

f. Minat Beli
Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Asseal, 2001). Mehta (1994:66) mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.


E. Uji Validitas dan Uji Reabilitas
a. Uji Validitas
Pengujian validitas item-item pertanyaan dalam kuesioner bertujuan mengetahui apakah item-item tersebut benar-benar mengukur konsep-konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini dengan tepat. Butir-butir pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini dari kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dan dipadukan dengan penjabaran atas definisi teoritis dari variable yang diguanakn dalam penelitian ini. Hal ini memberikan dukungan bahwa butir-butir pengukuran yang dijadikan indicator konstruk terbukti memiliki validitas isi (content validity) yaitu butir-butir pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang mencukupi dan representative yang telah sesuai dengan konsep teoritis (Cooper dan Schindler, 2006: 318). Dikarenakan syarat untuk dapat menganalisis model dengan SEM, indicator masing-masing konstruk yang diukur maka dalam penelitian ini pengujian validitas instrument yang digunakan adalah COnformatoru Factor Analisys (CFA) dengan bantuan SPSS FOR WINDOWS versi 12, dimana setiap item pertanyaan harus mempunyai factor loading yang lebih dari 0,40 (Hair et al., 1998: 111). Dalam CFA kita juga harus melihat pada output dari rotated component matrix yang harus secara ekstrak secara sempurna. Jika masing-masing item pertanyaan belum ekstrak secara sempurna, maka proses pengujian validitas dengan Factor analisys harus diulang dengan cara menghilangkan item pertanyaan yang memiliki nilai ganda.

b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrument memiliki indeks kepercayaan yang baik jika diujikan berulang. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha dengan bantuan SPSS FOR WINDOWS versi 12. Ukuran yang dipakai untuk menunjukkan pertanyaan tersebut reliable, apabila nilai Cronbach Alpha > 0,6 (Suharsimi Arikunto, 2002: 172). Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2000:312) yang membagi tinjatan reliabilitas dengan criteria sebagai berikut :
Jika alpha atau r hitung :
1. 0,8 – 0,1 = Reliabilitas baik
2. 0,6 – 0,799 = Reliabilitas diterima
3. Kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik


F. Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). SEM merupakan teknik multivariate yang mengkombinasikan asapek regresi berganda dan analisis factor untuk mengestimasi serangkaian hubungan ketergantungan secara simultan (Hair et al, 1998). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program AMOS versi 4 untuk menganalisis hubungan kausalitas dalam model structural yang diusulkan

G. Uji Analisis
Dalam analisis ini SEM, tidak ada uji statistic tunggal untuk menguji hipotesis mengenai model (Hair et al., 1998), tetapi berbagai fit index yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang disajikan dan data yang disajikan. Fit index yang digunakan meliputi :

a. Chi Square
Tujuan analisis ini adalah mengembangkan dan menguji apakah model yang sesuai dengan data. Chi Square sangat bersifat sensitive terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Oleh karenanya pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji lainnya. Nilai Chi Squares merupakan ukuran mengenai buruknya fit suatu model (Ghozali dan Fuad, 2005: 29)

b. Goodness of Fit Indeks (GFI)
Indeks yang menggambarkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat dari model yang diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya. Nilai GFI > 0,90 mengisyaratkan model yang duiuji memiliki kesesuaian yang baik.

c. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistic chi square menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 dan 0,08 mengindikasikan indeks yang baik untuk menerima kesesuaian sebuah model (Gozali dan Fuad, 2005: 24)

d. Adjusted Goodness Fit of Index (AGFI) Indeks ini meruepakan pengembangan dari Goodnes Fit Of Index (GFI) yang telah disesuaikan dengan ratio dari degree of freedom (Ghozali dan Fuad, 2005: 31). Analog dengan R2 pada regresi berganda. Nilai yang direkomendasikan adalah AFGI > 0,90 , semakin besar nilai AFGI maka semakin baik kesesuaian yang dimiliki model.

e. Tucker Lewis Index (TLI)
TLI merupakan indeks kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji dengan baseline model. TLI digunakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat kompleksitas model (Ghozali dan Fuad, 2005: 34). Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah nilai TLI > 0,90. TLI merupakan indeks yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel.

f. Normed Fit Index (NFI) Indeks ini juga merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model (Ghozali dan Fuad, 2005: 25). Nilai yang direkomendasikan adalah NFI > 0,90

g. Comparative Fit Index (CFI)
CFI juga merupakan indeks kesesuaian incremental. Besaran indeks adalah dalam rentang 0 sampai 1 dan nilai yang mendekati 1 mengindikasikan model memiliki tingkat kesesuaian yang baik. Indeks ini sangat dianjurkan untuk dipakai karena indeks ini relative tidak sensitive terhadap besarnya sampel dan kurang dipengaruhi oleh kerumutan model. Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah CFI > 0,90 (Ghozali dan Fuad, 2005: 34)

h. Normed Chi Square (CMIN/DF)
CMIN/DF adalah ukuran yang diperoleh dari nilai chisquare dibagi dengan degree of freedom. Indeks ini merupakan indeks kesesuaian parsimonius yang mengukur hubungan goodness of fit dan jumlah-jumlah koefisien estimasi yang diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian. Nilai yang direkomendasikan untuk menerima adalah CMIN/DF.




DAFTAR PUSTAKA


Assauri, Sofjan, SE MBA, 2002, Manajemen Pemasaran, Dasar, Konsep dan Strategi, Jakarta.
Cooper, Donal R and Schindler, Pamela S, 2003, Business Research Method, the. MC Grow-Hill Lumpanies, Singapore.
Kotler Philip, 2000, Manajemen Pemasaran Edisi Millenium, terjemahan, edisi kelima, jilid I dan II, PT. Prihalindo, Jakarta.
Swee Hoo ang, Sew Meng Kong, Chin Tien Tan, 2000, Manajemen Pemasaran Perfektif Asia, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Lamb, Hair Mc, Daniel, 2001. Manajemen Pemasaran, Erangga, Indonesia.


Menuju TKP ...